CiMon (Cinta Monyet) masa SD
Namaku Nina aku anak pertama dari satu
bersaudara. Ayahku bernama Anto dan ibuku Riani. Aku mempunyai suatu kisah
yang menyebalkan tetapi mengasyikkan. Cerita ini berawal ketika aku Sekolah Dasar. Awalnya aku sangat senang
karena teman – temanya asik, guru – gurunya ramah dan Sekolah itu merupakan
sekolah favorit karena kualitasnya yang bagus. Aku sangat nyaman di sekolah itu karena disana aku
mempunyai sahabat terbaik yang bernama Dewi, dia sangat peduli banget sama aku dan mengerti.
Tetapi waktu kelas 4 SD ada dua anak
yang menyebalkan, aku nggak tahu kenapa mereka berdua sering membuat aku kesel,
jengkel dan marah. Anak itu bernama Ahmad Dan Bimo, Mereka sering mengganggu aku saat
dikelas, pernah ngumpetin bukuku, narik – narik rambutku, mencoret – coret bukuku, pokoknya mereka hobinya ngejailin aku.
Aku mulai nggak betah di sekolah itu, aku mulai bosan, gara – gara anak berdua
yang nyebelin itu.
Pernah suatu hari saat aku pulang
sekolah . Aku bersama temanku
Dewi, menuju parkiran untuk mengambil sepeda. Dan anehnya ketika berangkat
sepedaku dalam keadaan baik –
baik saja. Tetapi ketika pulang sekolah ban
sepedaku tiba – tiba kempes. “Nin mungkin ini ada yang ngerjain kamu deh?”, kata Dewi. Kemudian aku
langsung menyela “ooo… aku tahu pasti kerjaan
mereka berdua, siapa lagi kalau bukan Ahmad dan Bimo!”. Kemudian aku dan Dewi langsung mencari pompa.
Besoknya, ketika di sekolah aku bertemu mereka, aku langsung mengintrogasi Ahmad dan Bimo “kenapa sihh…
kalian berdua itu nggak berhenti untuk ngejailin aku terutama kamu Ahmad, apa sihh salahku
sama kalian?”. Lalu Ahmad membalasnya “yaa.., biarin
dong aku seneng ngejailin kamu dan ngerjain kamu kok hahaha..”. “kalau kamu itu
suka sama diaa bilang aja, nggak usah ngejailin dia. Bikin dia nangis aja
bisanya” Ujar Nita.
Dan ada satu lagi temenku yang sering dikerjain si Bimo namanya Okta, dia itu sering
dibuat nangis, dia itu senasib
sama aku. Nggak berapa lama waktu
aku nina,dewi, dan okta lama – lama makin
deket dan kita sekarnag sudah menjadi
sahabat karib. Saat bersekolah disana aku kadang mikir ada seneng ada susahnya. Senengnya aku
bisa menemukan yang
awalnya temen sudah menjadi sahabat.
Sahabat – sahabat yang bisa menegrti, perhatian, menerima apa adanya. Dan sahabatku itu bernama Okta, Dewi,
Vita, Nita.Kadang aku berpikir nggak penting banaget peduli sama jailnya Ahmad
dan Bimo.
Waktu terus berlanjut dan tak terasa sampai akhirnya
kini aku sudah kelas 6 SD. Kita lebih serius belajar untuk menghadapi Ujian
Nasional yang akan segera tiba. Aku harus
lebih bekerja keras untuk
belajar supaya nilai UAN ku sesuai yang aku harapkan dan maksimal. Aku tidak
mau untuk main – main lagi karena 6 tahun sekolah Sd harus ditentukan dengan 3
hari menhadapi Ujian Nasional. Aku dituntun untuk tidak memikirkan hal – hal
apapun yang tidak penting.
Dan focus untuk ujian nasional.
Ayahku pernah berkata yang selalu ia ulang “Nina kamu pasti bisa!”, kamu harus tetap semangat”.
Kata – kata ayah ku itulah yang memotivasi aku untuk selalu semangat. Aku harus
bisa membuat ayah dan ibuku bangga denganku. Aku harus memperoleh nilai UAN yang bagus.
Seminggu sebelum Ujian Nasional
berlangsung, Disekolah diadakan acara memohon doa restu kepada guru dan orang
tua masing – masing untuk menghadapi Ujian Nasional. Aku dan teman – temanku menangis haru saat
memhon doa restu kepadaorang
tua kita untuk menghadapi UAN supaya diberi kemudahan dan
kelancaran dalam mengerjakan. Dan teman – teman ku saling memaafkan satu sama
lain, dan ketika itu juga si
Ahmad berkata “ehh… nina maaf yaa aku dulu sering buat kamu kesel, jengkel, dan
marah, aku nggak bermaksud untuk buat
kamu nangis, tapi karena… karena…”. “tapi, karena apa mad?” balas aku.
Lalu si Ahmad membalas
“tapi karena kamu
tuuh emang nyeebeli tau hahaha…”. Aku “ihhh…, kamu masih nggak berubah ya, tapi nggak apa – apa
kok aku ngerti dulu waktu
kelas 4 kita masih kecil dan masih nggak tau, aku udah maafin
kamu.”
Hari Ujian Nasional pun Tiba aku deg – degan banget tapi
aku mencoba untuk rileks mengerjakannya. Tiga hari itu
benar – benar menguras pikiran otak dan fisik. Akhirnya UAN berakhir juga.
Aku dan temen – temen merasa lega karena masa itu sudah berakhir. Dan kini hanya berharap bahwa
kami dapat memperoleh nilai baik dan lulus bersama tanpa tertinggal seorangpun. Hasilnya dapat diperoleh
setelah satu bulan.
Hari yang dinanti pun tiba, satu bulan berlalu, dan kami
harap – harap cemas menanti hasil UAN. akhirnya salah satu guru memberi pengumuman bahwa semuanya
lulus seratus persen. Teman
– temanku semuanya sangat bahagia, menangis haru dan berpelukan. Aku dan sahabatku Okta, Dewi, Vita, Nita juga memeroleh nilai yang lumayan bagus
loh semuanya menyambut dengan suka cita. Tetapi sayangnya untuk melanjutkan sekolah yang lebih tnggi
kami berbeda tujuan. Dihari itupun juga kami sedih karena kami akan berpisah.
Aku sadar bila ada pertemuan pasti ada
perpisahan jua. Saat aku tengah
mengobrol asyik dengan sahabtaku tiba – tiba tanganku ditarik oleh Ahmad.
Aku sanagt bingung kenapa ia mengajakku ke taman belakang
sekolah. Ahmad berkata “Nin, kamu tau nggak ketika kita kelas 4 SD,
dulu aku sering ngerjain kamu ngejailin kamu, kamu inget ngk waktu aku narik –
narik rambut kamu, waktu aku ngumpetin buku kamu, dan kamu tau ketika ban
sepeda kamu aku kempesin, dan hal – hal yang lain, kamu tau nggak kenapa aku
nglakuin itu semua ke kamu?, dengan heran aku jawab “emangnya kenapa kamu nglakuin itu
semua ke aku, kenapa kamu selalu buat aku nangis?”. Dan si Ahmad berkata “aku
nglakuin itu semua karena…, karena…,”. Aku pun berkata “karena…, karena…, karena apa, jangan bikin penasaran dong ?”. “Karena… karena aku suka, saying
dan cinta sama kamu Nin, emang aku sadar caraku itu salah sama kamu, tapi nggak
tau kenapa aku seneng banget ketika lihat kamu nangis, maafin aku Nin”. Dan
saat itu juga aku kaget
terheran – heran orang yang sering membuat aku nangis ternyata, dia suka sama
aku. Perasaanku campur aduk nggak percaya ketika denger pengakuan si Ahmad. Akupun membalasnya dengan “masak sihh??, kamu bercada kan?”. “Aku
beneran Nin aku nggak lagi bercanda”. Sela Ahmad. “Emang sih dulu aku benci banget sama kamu, tapi entah kenapa lama – kelamaan perasaan benci itu menjadi cinta,
dan ketika perpisahan
aku baru merasakan hal itu, tapi aku tau kita masih kecil dan belum saatnya
kita pacaran, karena aku tau Cinta ini Cuma Cinta Monyet.” Dan Ahmad berkata “aku tau Nin kita masih kecil
dan aku berpikir juga belum saatnya kita cinta – cintaan perjalanan kita masih
panjang, untuk meraih impian dan cita – cita, kaena aku ingin ungkapin persaanku yang sebenarnya.”. Aku berkata
“kita berteman saja Ahmad, karena aku dan
kamu masih kecil kita harus focus sekolah dulu biar
pinter, dan jadi sarjana
deh, dan kita jangan mengecewakan kedua orang tua kita”. Dan akhirnya kita berdua pun
sepakat bahwa kita memutuskan untuk menjadi sahabta karib. Dan aku dan Ahmad pun percaya bahwa suatu hari
nanati kalau kita berdua
berjodoh pasti
kita akan dipertemukan di waktu yang lebih indah.
THE END
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar